Monday, April 12, 2004

Teknik Pemasaran(?) Jepang

Baru-baru ini saya mencoba aplikasi P2P. Kenapa sangat terlambat? Karena saya baru saja merasakan nikmatnya bandwidth 512kbps. Download berbagai ISO dengan wget maupun Download Accelerator dan semacamnya terasa mulai membosankan. Jadi apa lagi?

Saya coba Kazaa. Parah. Penjatahan yang sangat bergantung kepada proporsi ukuran download / upload tidak nyaman. Lirik ke sana kemari. Ketemu Bearshare. Lebih enak. Tapi search yang saya lakukan sudah mendekati titik jenuh, yang saya cari jarang ketemu (mungkin karena Bearshare tidak memiliki fitur 'extra info' untuk objek-objeknya, sehingga info dipaksakan dipasang pada nama file). Terakhir ketemu BitTorrent.

Mekanisme penyebaran data BitTorrent lebih baik daripada generasi P2P sebelumnya. Client BitTorent dengan cepat ikut serta menjadi penyedia data setelah memperoleh satu blok penuh. Keduanya serupa dalam hal memecah data besar menjadi beberapa bagian terlebih dahulu, sehingga kalau salah satu bagian rusak, pengulangan transfer memakan jalur yang relatif kecil, dibanding kalau seluruh data harus dikirim ulang secara utuh. Kembali kepada BitTorrent, karena client bisa segera terlibat sebagai supplier data, alih-alih P2P generasi sebelumnya dimana supplier hanya bisa memulai setelah memperoleh salinan lengkap data.

Salah satu file pertama yang saya download menggunakan BitTorrent adalah anime Naruto, website fan Naruto disini. Fenomena yang sangat menarik: anime Naruto ditayangkan seminggu sekali di TV Tokyo. Saat ini sudah tahun ke-3, mencapai episode ke-78 dan belum akan berakhir segera. Manga-nya saja sudah sampai nomor 212. Memang tidak ada korelasi satu ke satu antara manga dan anime Naruto.

Apa yang menarik? Well, tayangan TV di-grab, di-subtitle dalam bahasa Inggris, lalu disebarluaskan secara gratis melalui jaringan BitTorrent. Produsernya tidak protes. Karena hal ini adalah publikasi internasional secara gratis, apalagi sudah di subtitle. Tidak hanya satu-dua grup yang melakukan grab, subtitling, dan redistribusi ini, tapi banyak. Kelihatannya mereka menjajakan kemampuan penerjemahan ke para calon pembeli (studio TV atau publisher VCD/DVD diluar Jepang), sekaligus mengumpulkan massa / fans. Setelah seri yang mereka subtitle dibeli lisensinya, maka file-file tersebut tidak disebarluaskan lagi.

Efektifkah cara ini? Mungkin. Member www.narutofan.com saja sudah lebih dari 60.000 orang.

Jadi semua untung, dan ekonomis. Cerdik bukan?

-- andika

No comments: